Senin, 08 Juni 2015

Cermin


Sadarkah kau, siapakah kau sebenarnya? Seorang gadis dengan juta rahasia. Ya, benar, kau yang selalu terduduk di sana, memandang langit dengan berbagai bayang pikiran yang bergelayutan. Aku tahu, ini suatu kenikmatan bagimu.

Di sudut itu pula kau gemar termenung, memegangi sebuah pena lusuh bagian atas dan bawahnya, bekas gigitanmu. Gigitan seorang yang senantiasa mencurahkan segala pikirannya yang lalu menuangkan dalam sebuah tuliasan. Ya, aku tahu siapa dirimu, gadis kecil yang punya banyak cita dan cerita.

Sebuah alquran kecil seringkali membersamaimu, menemanimu dalam kesendirian dudukmu. Kau pun sering berkata padanya; "Ayolah, ijinkanlah aku menghafalmu seutuhnya, memahamimu dengan sepenuh pemahaman. Ayolah, ijinkan aku mendasari hidupku dengan ilmu tentangmu," yang lalu kau tersenyum kecil atasnya, memandanginya lekat, lalu memulai mengalunkan satu dua tiga ayatnya. Aku tahu dirimu, seorang gadis kecil yang ingin senantiasa bisa melihat dunia lewat kacamata yang dibenarkanNya.

Aku pun melihat dirimu di sana, bercakap dengan orang- orang yang mungkin tak ku kenal. Namun ku tahu, kau amat mengenalnya, dan ku juga tahu, orang yang kau ajak bicara adalah mereka yang teramat berarti bagimu, yang entah mungkin sudah kau anggap saudara sendiri atau bagaimana. Aku bisa membaca raut wajahmu, kau amat ingin menjaganya, yang di sisi lain; kau pun amat membutuhkannya.

Namun, di saat yang lain pun, aku pernah melihatmu berbeda. Ya, kala itu kau menangis, dalam kesendirian. Aku melihatmu, memegang dadamu yang teramat sesak, membasuh air mata yang tak ingin kau perlihatkan pada siapa pun. Aku tahu, kau tak ingin membuat cemas orang lain. 

Pun aku pernah melihatmu yang sedang menatap kosong langit yang kelam, mendung kala itu. Aku tahu, kau sedang dirundung kebingungan yang dalam. Sebuah perasaan yang sejatinya kau tak mengerti bagaimana pula awal dan akhirnya. Kau hanya terpekur, sendiri.

Namun, aku pernah melihat keanehanmu. Ya, kau amat aneh sebenarnya. Usai tatapan kosongmu, dan tangisanmu yang tertahan, atau usai tangis yang tak terbendung dan kau larikan dirimu ke toilet dengan menghidupkan kran air sekencangnya, aku melihatmu di sana, bersama kerumunan kawan- kawanmu. Hei, kala itu aku melihatmu tersenyum, cerewet berkata ini itu, ah, ya ku tahu dirimu, cukuplah perasaanmu bersama dirimu, dan kawanmu, cukuplah ia mengerti bahwa kau selalu baik- baik saja.

Kini ku bisa melihatmu, lebih dalam lagi. Aku bisa melihat apa yang menjadi sumber kekuatanmu, apa yang membuatmu baik dalam bersikap, menyenangkan saat bicara, pun apa yang dapat membuatmu tiba- tiba menjadi lemah, menjadi garang dan tak menyenangkan. Aku bisa melihatnya; apa yang bisa membuatmu hidup, pun mati. Aku bisa lihat, bagaimana Ia kau hadirkan dalam hatimu.

Allah. Ya, Ia lah sumber kekuatanmu, sumber kebaikan, yang karena ridhaNya lah, kebaikan dapat kau lakukan, kebajikan dapat kau tegakkan. Pun saat kau lalai akan diriNya, aku bisa melihatmu tak semenyenangkan biasanya, dan gugurlah daun- daun kebaikan dan keoptimisan.

Ya, cukup sederhana saja sejatinya. 

Lokasi: Kartasura, Sukoharjo Regency, Central Java, Indonesia

1 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com