Jumat, 12 Juni 2015

Wisuda Kami

Sudah berlalu. 
Surakarta, 12 Juni, 2015

Jujur, rasanya sudah lama sekali hari dimana nama kami dipanggil satu persatu. Yak, itulah hari wisuda yang nyatanya baru terjadi tepat di hari kemarin, Kamis, 11 Juni 2015. Entah apa yang membuat hal ini terasa sudah berlalu begitu lama. 
...

Hari itu, pagi itu, kami mempersiapkan diri sebaik mungkin. Walau semalam, bisa dibilang istirahat kami tak cukup. Acara Lailatul Wada yang terselenggara malam itu cukup menyita waktu dan tenaga, yang walau bagaimana pun, amat berkesan buat kami; seluruh calon alumni Ibnu Abbas.

Pukul 02.00, lelah menata hati dan barang, aku pun memutuskan untuk tidur, yang lalu terbangun tepat setengah jam kemudian, :3, betapa menyenangkannya. Tak bertahan lama, kembali dalam pangkuan tidur tak lama juga kemudian, hingga datangnya sang shubuh, embangunkan mata- mata yang sejatinya masih lelah.

Namun, apalah daya, ingatan tentanga antrian panjang kamar mandi cukup buat memaksa diri tuk segera mengambil air wudhu, dan sholat.

Pukul 06.30, wajah- wajah calon wisudawati telah berjajar rapi di halaman sekolah, mengenakan pakain terbaiknya kala itu. Dominasi coklat buat santriwati kelas 12, dan dominasi merah-abu2 buat santriwati kelas 9. Bagaimana pun, semua wajah tampak sumringah, yang pada saat itu tak ada yang berpikir bahwa garis muka itu akan hilang oleh prosesi wisuda yang akan mereka ikuti.
...

Ya, senyum itu seketika berubah menjadi isak tangis dari beberapa kawanku, pun adik-adik kelas sesama wisudawati. Aku yang masih berkalung kamera dengan teganya mengambil sembarang foto mereka. Maafkan aku, kawan, karena hari itu aku tak ingin menangis, karena sejatinya masih ada rasa tak percaya dalam hati bahwa hari itu akan menjadi akhir kebersamaan kita di pondok tercinta.


Tangis- tangis itu pecah sesaat setelah acara pengambilan gambar usai salam penutupan prosesi wisuda diucapkan. Terlupa dengan rasa dag-dig-dug-nya akan maju ke panggung saat nama kami di panggil; terlupa dengan nasehat Ustadz Mu'in yang beliau sampaikan setulus hati hingga menitikkan air mata; terlupa dengan kebahagiaan kami saat Maharotun Nafi'ah, salah satu kawan kami maju menyampaikan sambutannya sebagai wisudawan terbaik; terlupa dengan kebahagiaan kami pula saat salah seorang wisudawan dibacakan atasnya sanad yang telah ia peroleh; dan berbagai kehagiaan yang lain, entah mengapa menguap seketika. Menghilang saat menyadari bahwa kami akan kembali ke pangkuan orang tua, mencicipi dunia baru yang lainya. Saat kesadaran itu tiba; air mata pun tak terbendung.


Satu persatu dari kami berpelukan, mengucapkan sebaris pesan untuk kawan tercintanya, yang kemudian disusul ucapan 'Selamat tinggal, semoga Allah berkenan mempertemukan kita kembali,"
Dan berakhirlah episode wisuda di Gedung Al-Mabrur, Klaten, sebelas Juni duaribu lima belas.
...

Mari berpikir sejenak. Tak ada perpisahan, kawan. Tak ada. Cerita tentang kita masih panjang, tapi hanya settingnya saja yang berubah. Kita masih bersama, masih dalam satu naungan langit, satu tanah pijakan, dan satu pegangan yang sama; islam. Hanya saja, jarak antara kita akan semakin berjauhan. Semoga Allah senantiasa menyatukan hati kita semua.
...

Begitulah,

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com