Rabu, 29 Juli 2015

Pantai Baron: Thank's For The Nice Meeting~


Petualangan baru. Setelah sebelumnya sukses menyambangi Ngawi; melancong seharian penuh bersama seorang kawan, kini saatnya daratan Gunung Kidul harus menyambut kedanganku dengan gembira. Yap, hari ini aku melaksanakan sebuah rihlah singkat ke Gunung Kidul dengan hanya satu tujuan wisata; Pantai Baron. Bismillah.

Satu hal yang amat sangat nampak membedakan perjalanan kali ini dengan beberapa perjalananku sebelumnya. Ya; dengan siapakah aku pergi. Bersama entah berapa belas bis yang ada, rombongan dari keluarga besar PPMI Assalam Sukoharjo membersamaiku-atau lebih tepatnya aku yang ikut membersamai-. Pukul 07.10 bus pun melesat.

Kurang lebih tiga jam berlalu. Bus yang kami tumpangi pun berhenti tepat di area parkiran Pantai Baron. Semua penumpang pun turun dan para pedagang telah siap menyambut dengan berbagai olahan ikan laut dengan segala bau amisnya.

Pantai yang terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul ini bisa dibilang tak begitu luas jika dibandingkan dengan Pantai Parangtritis, dilingkari oleh dua tebing yang tak begitu tinggi, dengan satu mercusuar di salah satu sisinya. Mengambil tindakan anti mainstream, air laut pun tak disentuh, mengambil halauan menuju menara suar yang berdiri dengan elegan nan kokoh.

Angin berhembus sangat kencang, jelas. Apalagi dari puncak bangunan bercat putih ini. Dari situlah penjuru pantai dapat kulihat, bahkan tanah wakaf yang diberikan oleh seorang pewakaf untuk didirikan pondok tahfidz kepada pondok yang menyelenggarakan rihlah ini pun dapat terlihat. Semoga pembangunan lancar dan barakah~

Back to topic. Pemandangan di sana memang amat sangat menakjubkan. Masyaallah. Siapa sih yang tidak takjub? Namun, ada satu hal yang membuat perjalananku kali ini berkesan, satu hal yang membuat rencana hunting fotoku tersenggal. Ya, bertemu kawan lama. 
....

Mbak Putri, begitulah aku akrab memanggilnya. Entah sudah berapa tahun tak ada peristiwa tukar kabar. Memang kami bukan teman yang begitu akrab, karena jaman kami kecil dahulu semua adalah teman. Ya, kami adalah tetangga-walau rumahnya tak bersebelahan-. Bersama dua orang teman kami yang lain, kami pun sering bersama- sama. Bahkan di tiap lomba tujuhbelasan, setiap kami ikut lomba, kategori putri seusia kami ya hanya kami berempat. Haha, begitulah.

Satu cerita yang selalu kuingat dari sosok yang sekarang mengambil S1 Pendidikan Bahasa Inggris di UNS adalah momen awal pemakaian kacamatanya. Ya, behind the scenenya dia diketahui menderita miopi-apaan sih, :3-.

Seingatku itu kejadian terjadinya ba'da maghrib, saat dimana anak- anak ta'at mengaji di rumah-entah kelas berapa, yang jelas kami masih duduk di bangku sekolah dasar-. Membuka qur'an besar dengan tulisannya yang di bold sekaligus mlungker- mlungker-begitulah aku menyebutnya-. Dan tiba- tiba terdengar teriakan salam dari luar rumah, memecah dengungan lantunan alqur'an.

"Bu, pinjem mbak najahnya dulu ya," begitulah seingatku ibu itu bertutur.
Sisa percakapan antara beliau dan orangtua, aku tak ingat bagaimana, yang jelas setelah itu aku bergegas merapikan diri, mengenakan jilbab, dan ikut dalam tarikan beliau. Gelapnya malam pun kami terobos, tak peduli walau ada rasa takut akan gelap-saat itu- melekati dada.

Sampai di rumahnya..
"Mbak najah tolong berdiri di situ ya..," dengan perasaan bingung pun aku hanya patuh. Biasa, tipikal anak kecil yang taat. "Coba lihat kalendernya, ini angka berapa," beliau pun berkata sambil menunjuk angka- angka dalam kalender.

Tanpa mengerti buat apa adegan ini, aku pun hanya menjawab sesuai pertanyaan beliau. Pun perintah buat mundur lagi, maju lagi, membaca angka yang besar, bahkan yang kecil- kecil. Alhamdulillah, lolos dan lancar, tanpa salah.

Giliran kawanku. Satu dua lancar, sisanya..
"Yang itu nggak bisa, bu,"
"Ya Allah," ibu tadi berteriak kecil.

Tak peduli apa yang terjadi, aku pun pulang dari kediamannya dengan seplastik jajanan yang kubawa dengan bahagia.
...

Oke, itu hal yang paling berkesan, dimana aku dipakai untuk perbandingan kemampuan mata. Bagaimana pun alahmdulillah; aku punya mata yang sehat-bahkan hingga sekarang- dan sayangnya scene itulah yang mengawalinya memakai kacamata, hingga saat ini.
...

Itu hanya sepotong kisah. Sebuah memori yang tiba- tiba kembali eksis dalam pikiranku usai pertemuan dengannya. Ya, semoga dengan pertemuan kemarin hubunganku dengan kawan- kawan lamaku pun bisa makin baik, terjaga dalam petuah amar ma'ruf nahi mungkar.

Alhamdulillah. Sekali lagi, thank's for the nice meeting~


0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com