Selasa, 13 Oktober 2015

Guru~


Aku punya mimpi, kawan. Besar, iya, teramat besar bagiku, walau mungkin menurutmu hanya sepele saja. Kau tahu apa itu? Mungkin akan lebih mudah bagimu tuk mencerna mimpiku dengan satu kata; guru.

Ya, ‘hanya’ menjadi guru, itulah mimpi besarku. Namun sudah kukatakan bukan, bahwa kata itulah yang akan membuatmu paham, tapi bagiku itu adalah hal yang amat tak mudah.
.

Guru, bukan sembaranglah profesi ini. Dan mungkin lebih elok bagiku untuk menyebutnya mu'alimmah, atau pun murobbiyah; pendidik. Kenapa ku bilang ia tak sembarangan? Karena percaya atau tidak, profesi manusia yang lain pun sejatinya amat sangat dipengaruhi oleh peran seorang guru.
.

Guru itu tak hanya mereka yang menggunakan seragam resmi lalu menenteng buku cetak-atau mungkin untuk jaman sekarang sebuah laptop-, masuki kelas2 formal sekolah-sekolah; memulai menyampaikan 'ilmu'nya semenjak bel pagi berbunyi, dan lalu bergegas pulang saat bel pertanda jam pelajaran telah usai di siang hari berbunyi. Bukan hanya mereka. Setiap kita dapat menjadi guru, dimana pun dan kapanpun (sejatinya).

But, it won’t be as easy as I said. Menjadi seorang guru itu bergantung dengan 'apa yang kita miliki’. Semakin banyak kita memiliki semakin banyak kita bisa memberi. Ya, bagiku seorang guru adalah mereka yang telah memberi, dan bertekad untuk bisa selalu memberi.

“Tapi, aku hanya mahasiswa perantauan yang tak punya apa-apa. Duit saja masih dikirim dari orang tua, terus apa yang harus aku berikan untuk orang lain? Nggak mungkin kan kita habiskan apa yang orang tua berikan? Nggak pantes lah,” Ya, mungkin this though ever annoyed and sometimes it always try to stop my dreams. Hei, urusan memberi itu tak selalu berhubungan dengan harta. Kalau memang mau bicara urusan harta; coba deh buka mata lebar-lebar, sejatinya kita nggak punya apa-apa. Sekaya apa pun kita, sejatinya semua adalah milikNya.

“Jadi?”
Menjadi guru adalah masalah memberi, memberi kemanfaatan pada yang lainnya. Dan untukku yang sekarang masih belum bisa memberi kemanfaatan besar dari pintu harta, maka jalan memberi lewat pintu pikiran, pengetahuan dan pemahaman lah yang aku pilih.

Hei, bukankah semua orang bisa melaksanakan hal ini? Ya, memang bisa. Bahkan mereka yang miskin papa bisa menjadi seorang guru bagi yang lainnya saat ia berkenan memberi pemahaman pada yang lain, tentang kesyukuran mungkin.

Bukan kah ini mudah sebenarnya? Ya. Namun, ada rumusan 'semakin banyak memiliki, semakin banyak memberi’ juga memberikan 'paksaan’ bagi diri ini tuk selalu berusaha. Berusaha sekeras mungkin untuk sebanyak-banyaknya mencari dan memiliki.
.

Dan untuk cita-cita 'guru'ku; I’ve to struggle hard on my study.
.

Mencari dan memiliki ilmu diniyaah lewat bangku kuliah,
mencari dan memiliki ilmu kehidupan lewat jalan-jalan menuju bangku kuliah, ya, jalan yang tiap hari kulalui dengan berbagai pemandangan, percakapan, dan segala tingkah laku makhlukNya di sekitarku. Ya, semoga bisa mengambil faedah dari itu semua, dan menjadi guru yang dapat membagikannya.
.

Allahul musta'an~

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com