Seperti biasa, mendung menyambangi beberapa kota di Indonesia, atau lebih tepatnya beberapa kota dimana teman-temanku berada; ini sebuah fakta yang tak perlu ditelisik secara ilmiyah. :3
Namun, awan yang biasanya hanya menggoda itu kali ini berbaik hati untuk menjatuhkan bulir-bulir air yang selama ini dipamerkan dengan permainan abu-abu langitnya. Ya, hari ini Jakarta Selatan diguyur hujan.
.
.
Petrikor. Aroma hujan di tanah gersang. That’s what I smell, sist!
Ya, aroma tanah seusai turunnya hujan itu amat menyengat sebelum sholat maghrib tadi. Aku tersenyum, ada euforia dalam hati, kalau kau tahu. Bukan apa- apa, tapi walaupun saat itu hujan belum benar-benar menampakkan dirinya, aku percaya; hujan kan benar-benar turun.
Sholat sunnah qabliyah kutunaikan, dan saat itulah aroma itu kembali menyeruak, bahkan lebih menyengat dari sebelumnya. Dan kemudian disusul dengan jatuhnya rinai-rinai yang membahagiakan, butiran air yang malaikat bergantung di tiap-tiapnya.
Dan genaplah senyumku senja itu.
Satu; kesyukuran atas hadirnya kembali sang hujan ke permukaan bumi, mebasahi tiap-tiap jengkal bagian yang sudah berteriak kehausan. Dua; aku percaya inilah rahmat Allah yang telah Ia turunkan sebagai jawaban atas do'a-do'a hambaNya. Dan tiga; aku percaya banyak senyum-senyum yang terkembang atas hadirnya buah dari awan itu-dan aku pun membayangkan senyum para pluviophille yang bakal terkembang lebar-.
Siapapun dan bagaimanapun, mari bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah karuniakan.
.
Jakarta, 280915.08:24pm.
0 komentar:
Posting Komentar