30 Juni 2018
Dua, tentang buku dan sastra. Ah, barangkali sebenarnya bidang ini adalah bidang yang dapat kutekuni dengan baik. Dalam ilmu arab, bidang yang aku maksud ini disebut dengan 'Adab'; yakni materi yang mengulas karya-karya sastra (tentunya sastra arab) yang tak hanya berfokus pada segi bahasanya, namun sejarah yang terjadi pada masa itu dari segala sisinya, entah ekonomi, politik, sosial masyarakat dan tentu saja psikologi penulisnya. Belajar Adab, atau sebutlah belajar karya sastra adalah saat dimana kita berusaha membayangkan dan merasakan apa yang dipikir dan dirasa oleh pengarangnya, walaupun terkadang butuh usaha panjang untuk mengerti maksud yang sesungguhnya. Dan tentu, belajar sastra tak akan lepas dari kisah sejarah (yang tentu saja hal ini adalah hal yang sangat aku sukai).
Ah ya, satu hal yang sedang ingin kutulis, tentang menulis itu sendiri. Bahwasanya menulis bukanlah seperti hal-hal lain, tidak seperti memasak, menjahit, ataupun hal dan pekerjaan yang lainnya. Walau barangkali pekerjaan dari seorang penulis mirip dengan seorang koki yang harus menciptkan sesuatu yang lezat, tapi mereka tak sama. Bila seorang koki butuh keterampilan dan bahan serta alat yang sudah disipakan untuk membuat sesuatu, maka seorang penulis bukan hanya harus punya tekniknya, tapi bahan-bahan tulisannya pun bukanlah sesuatu yang bisa disiapkan oleh orang lain, tapi oleh diri penulis itu sendiri lewat segala hal yang telah ia lihat, baca, dengar, dan pahami selama hidupnya, hingga semua itu dapat menjadi bahan lezat untuk karya-karyanya. Menjadi seorang penulis memang bukanlah hal yang sederhana. Ia butuh pengetahuan, keterampilan, teknik, dan tentu saja imajinasi untuk menjadi seorang penulis yang handal. (Rada aneh sih, tapi gapapa)
Barusan aku telah selesai menggosok gigiku usai menyudahi serial anime yang barusaja aku lihat. Ada dua puluh dua episode, dan setalah melihat enam dari seluruhnya, aku jadi tergerak untuk menuliskan apa yang terlintas di kepalaku.
![]() |
Baiklah, sepertinya ini akan menjadi catatan pribadi saja yang malas aku simpan di buku tulisku.
Entah berapa banyak anime, atau manga yang telah aku lihat dan baca. Dimulai dari cerita yang aku benci, yakni segala cerita yang receh dan nggak punya tujuan-lalu aku hentikan membaca atau melihatnya di seri pertama-, ataupun cerita-cerita yang aku suka, yakni cerita2 yang tokoh utama punya tujuan, yakni sesuatu yang harus diperjuangkan-yang kebanyakan pasti berbau pertarungan-. Entah sejak tahun berapa aku menyukai hal ini, tapi aku yang visual sayangnya sangat menikmati hal ini, yang entah perlu disyukuri atau tidak.
Di sisi lain, aku adalah penggemar siroh nabawiyyah, ataupun segala hal yang berhubungan dengan kisah-kisah para nabi, shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan seluruh orang-orang sholih yang namanya masih harum tercium hingga hari ini. Mereka semua adalah para pahlawan, para penebar kebaikan pada masanya, dan contoh-contoh kebaikan yang telah mereka berikan telah mendarah daging di dalam tubuh para pembela diin yang mulia ini.
![]() |
Ya, pada dasarnya aku menyukai segala sesuatu yang berbau kisah dan cerita-walau dari dua hal tadi mereka punya perbedaan yang sangat jelas: tentang realistis atau tidaknya, dan tentang berpahala atau tidaknya-.
Ah ya, dan ternyata ini semua adalah tentang buku yang dibaca (komik dihitung sebagi buku ya, haha). Beberapa dari cerita yang pernah aku lihat telah sangat membantuku untu memahami mereka yang mencintai buku karena setidaknya ada beberapa cerita yang berporos pada buku, klub sastra, klub membaca, tentang agen perpustakaan negara, atau yang semacamnya. Yang mana dari kisah-kisah itu aku tahu bahwasanya mereka orang-orang yang mencintai buku adalah orang-orang yang telah melihat dunia; tidak dengan mata kepalanya, tapi dengan otak dan imajinasinya (karena kebanyakan dari mereka adalah penggemar novel atau sastra klasik). Pun, di dunia nyata, kawan yang aku tahu bahwa dirinya adalah penikmat buku adalah kawan yang bisa memahami pola pikir para 'pemimpi' dengan baik. Yap, buku adalah teman berimajinasi yang sangat baik.
![]() |
Dua, tentang buku dan sastra. Ah, barangkali sebenarnya bidang ini adalah bidang yang dapat kutekuni dengan baik. Dalam ilmu arab, bidang yang aku maksud ini disebut dengan 'Adab'; yakni materi yang mengulas karya-karya sastra (tentunya sastra arab) yang tak hanya berfokus pada segi bahasanya, namun sejarah yang terjadi pada masa itu dari segala sisinya, entah ekonomi, politik, sosial masyarakat dan tentu saja psikologi penulisnya. Belajar Adab, atau sebutlah belajar karya sastra adalah saat dimana kita berusaha membayangkan dan merasakan apa yang dipikir dan dirasa oleh pengarangnya, walaupun terkadang butuh usaha panjang untuk mengerti maksud yang sesungguhnya. Dan tentu, belajar sastra tak akan lepas dari kisah sejarah (yang tentu saja hal ini adalah hal yang sangat aku sukai).
![]() |
Ah ya, satu hal yang sedang ingin kutulis, tentang menulis itu sendiri. Bahwasanya menulis bukanlah seperti hal-hal lain, tidak seperti memasak, menjahit, ataupun hal dan pekerjaan yang lainnya. Walau barangkali pekerjaan dari seorang penulis mirip dengan seorang koki yang harus menciptkan sesuatu yang lezat, tapi mereka tak sama. Bila seorang koki butuh keterampilan dan bahan serta alat yang sudah disipakan untuk membuat sesuatu, maka seorang penulis bukan hanya harus punya tekniknya, tapi bahan-bahan tulisannya pun bukanlah sesuatu yang bisa disiapkan oleh orang lain, tapi oleh diri penulis itu sendiri lewat segala hal yang telah ia lihat, baca, dengar, dan pahami selama hidupnya, hingga semua itu dapat menjadi bahan lezat untuk karya-karyanya. Menjadi seorang penulis memang bukanlah hal yang sederhana. Ia butuh pengetahuan, keterampilan, teknik, dan tentu saja imajinasi untuk menjadi seorang penulis yang handal. (Rada aneh sih, tapi gapapa)
Dan menjadi penulis pun tidak hanya tentang menulis bebas. Engkau bisa menjadi sastrawan yang berkecimpung dalam puisi, novel, atau karya-karya lain yang membutuhkan imajinasi dan perasaan yang kuat, ataupun menjadi penulis yang berwawasan luas hingga menciptakan berbagai jurnal, pembahasan sejarah, dan sebagainya. Ataupun menjadi penulis yang dapat dibanggakan oleh dirimu sendiri dengan menuliskan segala hal yanbg terbersit dalam kepalamu, segala hal yang kau lihat dengan kedua mata kepalamu, terdengar oleh kedua telingamu, dan tentu terasa butuh dituliskan oleh hatimu dengan bahasa yang ringan versimu. Tak ada yang memaksa.
Hanya saja, barangkali yang paling penting; jangan pernah melupakan perasaan yang kau terima saat membaca karya-karya para penulis sebelummu, karya-karya mereka yang membuatmu mengerti bagaimana dan apa perasaan mereka saat melahirkan karyanya, bagaimana keadaan di sekitar mereka hingga mendorong mereka menuliskan karya-karya hebatnya, sehingga kau pun akan lebih memerhatikan dirimu sendiri, lingkungan sekitarmu, dan mengerti hal apa sajakah yang harus ditulis dan ditunjukkanpada generasi setelahmu.
Dan tentu saja, semua karya besar berawal dari karya yang tak menakjubkan-bila tak ingin menyebutnya sebagai sampah, hehe-.
Salam dari pecinta cerita, sejarah, sastra, buku, dan menulis!
Asqinajah. 11:38 pm.
sumber gambar-gambar: google
sumber gambar-gambar: google
0 komentar:
Posting Komentar