Ingin melangkah, meraih asa,
serta impian.
Namun, diri ini hampir selalu tertahan,
oleh suatu tembok raksasa.
Penyegel kemajuan,
penggoyah keberanian,
penghalang kemenangan.
Kokoh dan kuat.
Tanganku bergerak, mencoba menyentuhnya.
Ia pun bereaksi.
Sebuah pantulan samar terlihat,
tangan yang sama.
Ku mendekatkan diri,
dan,
cerminan dirikulah yang muncul.
Seakan waktu berhenti menyapa,
semua warna di sekeliling pun menghilang,
menyisakan: Aku dan bayangku.
dengan warna yang berbeda.
Putihku dan hitamnya.
...
Aku mendesah pelan,
tapi berteriak dalam hati.
Aku paham,
Musuh terbesar dalam hidupku,
adalah diriku sendiri.
...
...
...
0 komentar:
Posting Komentar