Wallahua'lam, ini semua Allah yang mengarahkan. Entah, tapi adanya aku di tempat ini agaknya sedikit kesasar. Aku dan kedua temanku; berada diantara para pakar falak-astronomi- dari seluruh penjuru Indonesia.
Ada berbagai rasa yang menyelimuti hati. Antara senang, bahagia, tapi ada malu, takut dan cemas. Entah, merasa menjadi orang ter'bodoh' dan ter-tidak mengerti apa- apa. Ya, itulah motivasi buruk yang menyelimuti. Padahal, apa sih gunanya merasa kecil seperti ini?
Mau sedikit bercerita mengapa kami bisa 'terdampar' di antara orang- orang luar biasa ini.
1 Juli 2015, ibuku yang merupakan seorang guru dari lembaga yang terkait mengirimkan sebuah pesan wa yang menginformasikan adanya acara halaqah falakiyyah ini. Tanpa pikir panjang dan memerhatikan kepada siapakah undangan itu ditujukan, aku pun ikut mendaftar sebagai peserta di acara tersebut, ditambah dengan mengajak beberapa kawan. Yang aku pikirkan saat itu adalah; pengetahuanku tentang jagad raya akan bertambah banyak.
Alasan utamaku ingin mengikuti acara ini adalah ketertarikanku pada langit dan segala hal yang tergantung padanya, yang menurut Andrea Hirata dalam novelnya yang berjudul 'Ayah', langit adalah sebuah keluarga, yang mana matahari sebagai kepala keluarga, bulan sebagai ibu, awan sebagai anak perempuan dan angin sebagai anak laki- laki. Mereka hidup dalam sebuah harmoni yang luar biasa.
Namun, jauh panggang dari api. Ternyata fakta yang ada tak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasiku. Bahasan utama halaqah itu adalah berkaitan dengan pembumian ilmu falak di Indonesia. Hei, tema ini tak akan banyak membahas tentang benda- benda langitnya. Namun apaboleh buat, the show must go on~. Aku tetap di situ, mengikuti tiap kajian yang ada.
...
Oh ya, ada hal yang menarik dari acara itu. Ini tentang hadirnya pak mentri agama RI, Bapak H. Lukman Hakim Saifudin. Alhamdulillah, dalam kesempatan kemarin beliau bisa hadir diantara kami, dengan berbagai perjuangan yang telah beliau tempuh demi mendatangi ponpes modern itu, memberikan ceramah ilmiyah yang tak terasa lamanya- saking menariknya-, dilanjutkan dengan peresmian Observatorium Assalam.
Hal menarik lainnya adalah pertemuanku dengan seorang kawan lama. Ya, aku bertemu dengan orang yang dulu sempat menjadi kawan seperjuanganku di PPMI Assalam. Aku bertemu dengannya di Galeri Sains, berada di satu tingkat di bawah Observatorium Assalam; yang pada kesempatan itu gagal kukunjungi karena kehadiran kami yang terlalu malam. Ah, walau percakapan yang terjalin tak begitu banyak nan panjang; tapi banyak hal baru yang aku dapatkan darinya.
Oh ya, satu lagi yang menarik saat mengikuti rentetan acara ini adalah momen- momen berada di penginapan, tepatnya di Wisma Assalam. Aku yang seharusnya bisa menginap di wisama itu untuk dua malam, sayangnya hanya bisa menikmati satu malam yang dingin di sana. Namun tahukah kau bagaimana rasanya tinggal bersama para ahli astronomi? Haha, perbincangan mereka amat sangat luar biasa. Sebut saja Bu Eka, beliau menempuh seluruh studi sarjananya; S1, S2, dan S3nya di ITB, juga ada dosen- dosen lainnya. Dalam hati aku tertawa saat mendengarkan tiap perbincangan yang para ibu- ibu hebat ini lontarkan, tentang desertasi yang sedang beliau- beliau rampungkan, atau pun berbagai judul paper yang sedang mereka teliti. Ya Rabb, alangkah bersyukurnya hamba bisa duduk di majelis para pakar astronomi ini.
Satu pelajaran dari semua yang telah terjadi di dua hari itu: Jangan pernah takut kesasar. Kalau memang kau bisa mencoba suatu kesempatan, maka cobalah. Nikmati segala yang ada~
Mau sedikit bercerita mengapa kami bisa 'terdampar' di antara orang- orang luar biasa ini.
1 Juli 2015, ibuku yang merupakan seorang guru dari lembaga yang terkait mengirimkan sebuah pesan wa yang menginformasikan adanya acara halaqah falakiyyah ini. Tanpa pikir panjang dan memerhatikan kepada siapakah undangan itu ditujukan, aku pun ikut mendaftar sebagai peserta di acara tersebut, ditambah dengan mengajak beberapa kawan. Yang aku pikirkan saat itu adalah; pengetahuanku tentang jagad raya akan bertambah banyak.
Alasan utamaku ingin mengikuti acara ini adalah ketertarikanku pada langit dan segala hal yang tergantung padanya, yang menurut Andrea Hirata dalam novelnya yang berjudul 'Ayah', langit adalah sebuah keluarga, yang mana matahari sebagai kepala keluarga, bulan sebagai ibu, awan sebagai anak perempuan dan angin sebagai anak laki- laki. Mereka hidup dalam sebuah harmoni yang luar biasa.
Namun, jauh panggang dari api. Ternyata fakta yang ada tak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasiku. Bahasan utama halaqah itu adalah berkaitan dengan pembumian ilmu falak di Indonesia. Hei, tema ini tak akan banyak membahas tentang benda- benda langitnya. Namun apaboleh buat, the show must go on~. Aku tetap di situ, mengikuti tiap kajian yang ada.
...
![]() |
Foto bersama Menteri Agama RI dan para petinggi pondok usai peresmian Observatorium Assalam |
Oh ya, ada hal yang menarik dari acara itu. Ini tentang hadirnya pak mentri agama RI, Bapak H. Lukman Hakim Saifudin. Alhamdulillah, dalam kesempatan kemarin beliau bisa hadir diantara kami, dengan berbagai perjuangan yang telah beliau tempuh demi mendatangi ponpes modern itu, memberikan ceramah ilmiyah yang tak terasa lamanya- saking menariknya-, dilanjutkan dengan peresmian Observatorium Assalam.
Hal menarik lainnya adalah pertemuanku dengan seorang kawan lama. Ya, aku bertemu dengan orang yang dulu sempat menjadi kawan seperjuanganku di PPMI Assalam. Aku bertemu dengannya di Galeri Sains, berada di satu tingkat di bawah Observatorium Assalam; yang pada kesempatan itu gagal kukunjungi karena kehadiran kami yang terlalu malam. Ah, walau percakapan yang terjalin tak begitu banyak nan panjang; tapi banyak hal baru yang aku dapatkan darinya.
Oh ya, satu lagi yang menarik saat mengikuti rentetan acara ini adalah momen- momen berada di penginapan, tepatnya di Wisma Assalam. Aku yang seharusnya bisa menginap di wisama itu untuk dua malam, sayangnya hanya bisa menikmati satu malam yang dingin di sana. Namun tahukah kau bagaimana rasanya tinggal bersama para ahli astronomi? Haha, perbincangan mereka amat sangat luar biasa. Sebut saja Bu Eka, beliau menempuh seluruh studi sarjananya; S1, S2, dan S3nya di ITB, juga ada dosen- dosen lainnya. Dalam hati aku tertawa saat mendengarkan tiap perbincangan yang para ibu- ibu hebat ini lontarkan, tentang desertasi yang sedang beliau- beliau rampungkan, atau pun berbagai judul paper yang sedang mereka teliti. Ya Rabb, alangkah bersyukurnya hamba bisa duduk di majelis para pakar astronomi ini.
Satu pelajaran dari semua yang telah terjadi di dua hari itu: Jangan pernah takut kesasar. Kalau memang kau bisa mencoba suatu kesempatan, maka cobalah. Nikmati segala yang ada~
0 komentar:
Posting Komentar