Ternyata, sudah cukup lama blogger saya abaikan. Membiarkan dashboard biru tumblr menguasai jari jemari yang gatal untuk menulis, atau berakhir dengan pena biru yang menari di atas kertas. Atau yang paling parah; berhenti menulis, dan lalu bermain dengan bayang-bayang. Hei, semua punya masa dan jatah masing-masing, kan?
2016, menginjak tahun kedua duduk di bangku kampus-walau kali ini masih diselimuti dengan libur musim panas yang memakan waktu hingga empat bulan-, bukanlah perkara yang mudah. Semakin kesini, semakin bertambahlah usia, pun berkurang pula masa kontrak hidup di dunia.
Masih tak jauh dari perkara usia, ada satu pertanyaan yang kemudian sering menggelayuti kepala ini, tentang hal apa sajakah yang telah saya lakukan.
...
Belasan, bahkan hampir puluhan tahun, jasad ini telah Allah beri kesempatan untuk bisa merasakan hidup. Bahkan Ia tak lupa untuk memberi berbagai fasilitas yang dapat memermudah menjalani kehidupan. Namun, sungguh, apa timbal balik yang telah saya berikan?
Dulu, saat TK-SD, masih begitu kecil, masih belum bisa apa-apa. Masuk SMP-SMA, emosi masih saja labil, masih pusing dengan urusan diri sendiri. Sekarang, sudah kuliah; walau masih dalam proses menjinakkan ego dan emosi, pun masih sering labil atas segala keputusan yang diambil, tapi mau tidak mau harus memulai suatu perubahan nyata yang memberikan dampak kebaikan (yang juga nyata) untuk diri sendiri dan manusia lain. Mau tidak mau, bisa tidak bisa, harus melakukan dobrakan. Tak perlu jauh-jauh, tak perlu muluk-muluk, cukup memulai dengan satu langkah keluar rumah, keluar dari kenyamanan.
Allah telah memberikan kita akal, salah satu poin terbesar yang membedakan diri kita dengan makhluk hidup yang lainnya. Yang mana, akal tersebut dapat kita gunakan untuk menentukan, memikirkan mana hal yang baik dan mana hal yang benar, mana yang harus dilakukan dan ditinggalkan-sesuai dengan syari'atNya-. Dan kemudian, akal dapat memberikan perintah bagi bagian tubuh yang lain untuk melaksanakan hasil pemikirannya.
Masa muda bukanlah masa "mumpung" yang kemudian dihabiskan untuk melakukan berbagai kesenangan yang fana. Jalan-jalan kesana kemari dengan alasan tadabbur alam-yang saat tiba di lokasi, hanya ingat urusan tempat istirahat dan makan-, belanja sesuai kebutuhan; kebutuhan kalau acara resmi, kalau acara lapangan-yang nyatanya hanya keinginan-, bahkan silaturrahim hingga ke luar kota-yang malah diisi dengan obrolan gosip sana sini-, na'udzubillah.
Inilah masa muda, masa perkembangan, masa emas dalam kehidupan kita, sebagaimana disebutkan dalam al-qur'an Surat Ar Rum ayat 54 sebagai fase setelah dan sebelum fase lemah.
Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.
Wallahu a'lam. Banyak kisah yang menceritakan tentang suksesnya para sahabat Rasul, para ulama di saat mudanya, yang kemudian harus jadi pr untuk ditelusuri sejarah dan kisah-kisahnya; sebagai motivasi hidup di masa muda.
Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar