Jumat, 13 April 2018

Sang Benih

Ia bagai sosok mungil yang menggeliat dari balik tanah. Ia hanyalah sebuah bagian yang sangat kecil dari dunia, yang barangkali tak ada yang pernah memikirkan tentangnya. Ia bertumbuh, mengikuti perintah Tuhannya untuk membelah sepermili bumi.

Sedikit demi sedikit. Dirinya yang awalnya hanyalah sebuah benih tak berarti, kini mulai menampakkan daun pertamanya. Melebar perlahan-lahan; menyapa dunia dengan senyum lemahnya. Hari demi hari, jumlah daun yang terkandung padanya bertambah, lalu semakin mencuat dan meninggi, bagai sang burung kecil yang mulai melirik melihat dunia dengan kacamata sederhananya.

Napasnya ringan, proses fotosintesis yang ia lakukan memang hanyalah untuk dirinya sendiri. Kandungan O2 yang ia hasilkan pun tak seberapa. Setidaknya, cukup untuk dirinya sendiri.

Hari demi hari (lagi), sang benih telah berubah menjadi tanaman kecil. Ia telah sanggup menatap ke atas, menatap langit biru yang langsung membuncahkan semangatnya. Ia hendak meraihnya, hendak menggapainya, sebagaimana pohon-pohon tinggi yang telah tumbuh di sekitarnya, mendahului dirinya membelah angkasa.

Calon pohon itu memasang azam yang kuat. Dikerahkannyalah akar-akar dirinya untuk bekerja keras dan teratur. Bekerja degan istiqomah untuk mencari zat hara dan tentu saja air yang akan menopangkehidupannya. Diaturnyalah kelopak-kelopak daunnya sebagaimana ia diajarkan oleh Tuhannya agar tak terlalu boros dalam menguapkan air. Diaturnyalah sel-sel dalam dirinya agar dapat mentransfer makanan yang telah didapat oleh akar, diproses oleh daun ke seluruh bagian dirinya yang membutuhkan. Diaturnyalah waktu kapan mekarnya sang bunga, kapan masaknya sang  uah, dan kapan daun-daun tua akan digugurkan. 

Angin menghembus menyapa dirinya. Terkadang lembut hingga membuat semuanya merasa rehat, dan terkadang pula ia bertiup dengan keras, hingga menerbangkan daun-daun mudanya, dan mematahakn ranting-ranting kecilnya. Batang dirinya ia kokohkan, mimpi tuk menggapai sang langit masih ia simpan.

Hingga suatu hari, ia pun benar-benar telah tumbuh menjadi sebuah tumbuhan yang kokoh, menjadi pohon yang dicirikan oleh Allah dalam surat Ibrahim, sebuah pohon yang menjadi permisalan kalimat tahoyyibah. Akarnya menancap dalam, dan batang rantingnya menjulang ke angkasa; mengahsilkan buah-buah yang baik, yang bermanfaat bagi semua yang ada di sekitarnya. Ia menjadi sebuah pohon yang sempurna.

Mimpinya belum sempurna tergapai, tapi dia telah sempurna dalam mengusahakannya.
.
.
.
Anata wa?

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com